Aku tak berhitung soal keringat yang tercecer selama bersamamu
Akupun tak menepuk dada membanggakan apa yang ku perbuat
Aku hanya jalani takdir yang menghempaskan aku ke pelukanmu
Kini kau lepaskan genggaman ketika aku sedang mendaki bersesak napas
Terpaan wabah membuat ku tak bisa bergerak dan kedinginan, tapi satu-satunya selimut kau tarik dan kau rampas dari dekapanku.
Tak pula kau berikan selimut pengganti, kau biarkan aku kedinginan seluruh anggota tubuhku pun ikut kelu dan membatu.
Aku tak berhitung soal keringat yang tercecer selama bersamamu
Tapi kini ku rasa kau sengaja hilang ingatan dan pura-pura tidak tahu
Sikapmu seakan ku tak pernah hadir bersamamu
Tidak, sesungguhnya kau tak lupa padaku, tapi sebenarnya kau yang lupa siapa dirimu.
Ini aslimu, kemunafikan.
Dan ini aku, tak lupa padamu.
Jakarta – Pekanbaru (Nopember 2021 – Juli 2022)